ACEHSUMATRA.COM (Banda Aceh) Tim Gabungan Detasemen Intelijen Kodam Iskandar Muda (Daninteldam IM) berhasil mengungkap jaringan sindikat Tindak Pidana Perdagangan orang (TPPO) etnis Rohingya di wilayah Kab. Aceh Tamiangl 25 Januari 2023, pukul 22.20 Wib, dan mengamankan MN (31) yang diduga bagian sindikat TPPO
Pengungkapan itu merupakan pengembangan informasi yang diperoleh dari hasil kerjasama antara Tim gabungan Deninteldam IM dan Satgas Bais TNI wilayah Lhokseumawe. Jumat (27/01).
Kronologi pengungkapan jaringan tersebut bermula pada 25 Januari 2023 malam pukul 19.00 WIB, dimana Tim Gabungan Deninteldam IM dan Piket Koramil 06/MYP Kodim 0117/Aceh Tamiang bergerak menindaklanjuti informasi tentang adanya salah satu warga Dsn. Pembangunan Desa Tualang Baro, Kec. Manyak Payed Kab. Aceh Tamiang yang berinisial MN diduga merupakan bagian dari sindikat TPPO imigran Etnis Rohingya.
Setelah menerima informasi tersebut, tim gabungan Deninteldam IM, beserta Piket Koramil 06/MYP menghubungi Kades Tualang Baro dan Kadus Ds. Pembangunan untuk mengkonfirmasi dan berkoordinasi. Kemudian Tim gabungan beserta Kades dan Kadus tersebut menuju rumah MN,
Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan MN, sedang bersembunyi di dalam kamar depan. Selanjutnya MN diamankan di Makoramil 06/MYP Kodim 0117/Aceh Tamiang untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Hasil pemeriksaan terhadap MN diperoleh informasi bahwa para imigran Etnis Rohingya yang ada di wilayah Aceh seluruhnya dibawa ke negara Malaysia akhir Des 2022.MN dan istrinya HD, dari Negara Malaysia menuju Kota Dumai menggunakan Kapal Speed dengan biaya masing-masing 1500 Ringgit atau berkisar Rp. 5.286.462,-
Kemudian pada 30 Des 2022, MN dan istrinya berangkat dari Dumai menuju Kota Medan, dan pada 31 Des 2022, berangkat menuju Kab. Aceh Tamiang, setibanya di Kab. Aceh Tamiang MN dihubungi oleh D yang merupakan agen Rohingya Tanjung Balai, guna menjemput pengungsi Rohingya yang telah kabur dari Kota Lhokseumawe dengan imbalan sebesar 1 juta/orang dan diberikan biaya kendaraan Rp. 7.000.000,-.
Pada 4 Januari 2023, tiga orang imigran Rohingya dijemput kemudian dibawa oleh MN ke rumahnya, selanjutnya MN menghubungi E untuk mencari kendaraan guna mengantar tiga orang imigran tersebut ke Tanjung Balai, untuk dibawa ke rumah sewa D. Selanjutnya 2 orang lagi akan diberangkat ke Malaysia. Saat di rumah sewa D terlihat banyak imigran Rohingya yang ditampung di tempat tersebut.
Pada 9 Januari 2023, MN menggunakan Ran Avanza dengan supir a.n. Joko, kembali ke Kab. Tamiang bersama dengan S alias N dan bermalam selama 2 hari di rumah MN kemudian disewakan di rumah Sdri. E di Kab. Aceh Tamiang selama 7 hari.
Pada 13 Januari 2023, S alias N menghubungi MN untuk menjemput tujuh orang laki-laki Rohingya yang kabur dari Gedung Eks. Imigrasi Lhokseumawe. Kemudian tujuh orang Rohingya tersebut dibawa ke rumah MN dan bermalam selama 4 hari, dan di bawa ke Dumai menggunakan dua unit kendaraan Inova, kemudian diserahkan ke Loket berdasarkan arahan dari H, kemudian diserahkan dana sebenarnya Rp. 19.000.000,- (transfer), dan Rp. 1. 000.000,- (Transfer) dan uang Rp. 20.000.000,- kepada A di Dumai untuk diberangkatkan ke Malaysia.
Barang bukti yang ditemukan pada saat dilakukan penggeledahan dirumah HW (mertua MN) yaitu :
1. 6 Buah Handphone.
2. 1 Buah Buku Tabungan Bank BNI.
3. 2 Buah Kertas slip bukti transfer.
4. 4 Buah Kartu ATM.
5. 2 Buah Kartu BPJS.
6. 1 Buah NPWP.
7. Uang Tunai Rp. 130.000,-
8. 2 Buah Dompet.
9. 1 Lembar uang Negara India sebesar 2 Rupe.
10. 4 Lembar Kartu Vaksin dari Negara Malaysia.
11. 1 Kartu membership RS. Alpro Negara Malaysia.
12. 1 Buah Pasport Malaysia.
13. 1 Buah Kertas Pegadaian Kota Kuala Simpang.
Sampai saat ini masih dilakukan pengembangan terhadap nama – nama lain yang diduga terlibat sindikat TPPO imigran Rohingya di wilayah Aceh, Sumbagut dan Malaysia.(r/zal)